Makarioi!: Berbahagialah! HUT YAKKUM ke-74
Makarioi!: Berbahagialah Lukas 6:17-26
Makarioi!: Berbahagialah, Itu adalah tema yang diangkat YAKKUM dalam memaknai momen memasuki ke-74 tahun. Perjalanan usia yang menjadi kebahagiaan bagi YAKKUM karena kesempatan dari Tuhan untuk terlibat dalam melayani masyarakat Indonesia melalui bidang kesehatan umum. HUT tersebut dirayakan dalam Ibadah ucap syukur dan pemberian penghargaan satya bakti kepada karyawan YAKKUM yang dilangsungkan di GKI Sangkrah, Solo hari Kamis 1 Februari 2024.
Dasar Pemikiran
Dari perspektif sinoptik, bagian dari Lukas 6:17-26 dapat disandingkan dengan perikop populer dari Matius 5 tentang pengajaran Yesus, yang umum dikenal dengan khotbah di bukit. Di mana secara garis besar, ide tentang Kabar Bahagia yang diwartakan Yesus memuat nuansa yang tidak biasa, untuk menawarkan penghayatan bahwa praksis penyelamatan Allah tidak dilepaskan dari kondisi konkret penderitaan manusia.
Maka, mereka yang miskin, sakit, menangis, dan dikucilkan, justru menjadi sasaran dari karya Allah, sehingga mereka patut merasa berbahagia; “makarios” atau diberkati. Ide ini penting untuk menjadi landasan refleksi terkait aktualitas karya Allah dalam realitas. Sebab cara kerja Allah sebagaimana teraktualisasi dalam diri Yesus yang menyatakan tindakan penyelamatan bagi orang-orang yang tertindas dan lemah, menyentak dan mengejutkan beberapa pihak.
Itulah mengapa Ia membedakan antara pihak yang diberkati “makarioi” (lih. Ay. 20-23) dan pihak yang celaka “ouai” (lih. ay. 24-26), untuk menunjuk mereka yang dapat menerima, dengan mereka yang akan terusik oleh pewartaan Kabar Bahagia. Bahkan Yesus sendiri menegaskan, sebagaimana sikap orang-orang terhadap para Nabi yang mengungkapkan warta dari Allah, sekalipun itu kebenaran, faktanya juga terjadi resistensi dan penolakan.
Dengan demikian, refleksi untuk menimbang dan menguji kembali diri orang-orang beriman yang dipanggil untuk menjadi bagian dari karya Allah menjadi hal yang penting. Sekurang-kurangnya setiap orang percaya perlu bertanya pada dirinya, seperti apa posisi hati dan sikap kita ketika Allah menyatakan karyanya? Apakah kita terberkati atau sebaliknya justru merasa celaka? Sebab, kebenaran karya Allah dinyatakan bersamaan melalui pewartaan kabar bahagia (euangelion: Injil), sehingga ada dampak yang selalu dapat dirasakan.
Koreksi, pembenahan, pemulihan, kesembuhan dan perubahan hidup orang tertindas serta lemah, dari yang menderita menjadi bahagia tidak selalu disambut dengan gembira karena kebenaran Allah itu bisa mengusik tatanan dan kemapanan sebagian pihak. Itulah kenapa, situasi celaka (ouai) ditujukan kepada para penindas atau orang-orang yang mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, juga bagi orang-orang yang dalam kenyamanannya melupakan nasib orang-orang yang menderita.
Wawasan Kontekstual
Pada tahun 2024, YAKKUM masih berupaya untuk menjaga kesinambungan karya misi yang diemban dari mandat pengabaran Injil dalam situasi yang tidak mudah. Beberapa fakta menjadi latar yang menunjukkan bahwa YAKKUM belum sepenuhnya dapat menjadi lembaga yang berpadu untuk bersama mengemban tugas pewartaan kabar baik. Masih ada tendensi dan fragmentasi yang menghambat kesatuan hati dalam mengemban misi, di mana masih belum optimalnya sinergi antar unit-unit YAKKUM dalam mengelola sumber daya bagi pengembangan layanan terbaik.
Utamanya di hadapan “raksasa” tantangan eksternal yang bersiap akan menggilasnya, yakni jerat regulasi dan iklim industri yang hari ini menjadi warna utama pengembangan layanan kesehatan bagi masyarakat, sinergi dan integrasi menjadi keniscayaan bagi YAKKUM untuk membangun kekuatan yang cukup untuk mempertahankan misi layanannya. Untuk hal itu, meneguhkan kembali nilai sebagai fondasi dari seluruh praksis dan budaya kelembagaan menjadi hal yang krusial dan mendesak.
Nilai menjadi pengikat sekaligus sumber dari energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan lembaga. Oleh sebab itu, internalisasi Nilai dalam karakter Kristen (Bersyukur, Kasih, dan Benar) menjadi kebutuhan yang mendasar bagi penghayatan akan panggilan misioner seluruh unsur di YAKKUM untuk mengupayakan tata kelola, semangat dan bentuk-bentuk pelayanan yang prima bagi masyarakat.
Maka panggilan untuk terlibat dalam karya Allah semestinya menjadikan seluruh unsur dari YAKKUM sebagai pihak yang berbahagia, alih-alih celaka. Ketika Allah sendiri hendak mewujudkan perbaikan keadaan sosial, penyembuhan dan pemulihan, YAKKUM harus bersiap untuk mengambil bagian dengan tindakan. Di tengah tantangan hari ini untuk melakukan memperbaiki tata kelola, membangun integrasi dan laku kesederhanaan guna mengoptimalkan seluruh sumber daya demi kelangsungan pelayanan, seluruh bagian dari YAKKUM harus bersyukur bahwa hari ini Allah masih menghendakinya sebagai pembawa Kabar Bahagia bagi orang yang menderita.
Colourfull
Panitia yang mempersiapkan acara ini berharap, Ibadah syukur dan perayaan HUT YK ke 74 mampu menggelorakan kreatifitas dan semangat kerja keras seluruh civitas untuk memajukan YAKKUM. “Serta sesuai dengan tema Makarioi!: Berbahagiala”, HUT YAKKUM ini dapat membahagiakan seluruh civitas dalam melaksanakan pelayanan, dan pada gilirannya dapat membahagiakan seluruh insan yang dilayani YAKKUM, ujar Ketua Panitia. Berbahagialah, Tuhan memberkati.
Satya Bakti
Kesetiaan dan dedikasi, mengukir jejak dengan karya. Setiap langkah merupakan pengabdian yang tak tergantikan. Bukan sekadar rentetan waktu, melainkan kumpulan momen di mana komitmen menjadi kekuatan pendorong. Mencari peluang tuk beri yang terbaik, dibalik tantangan.
Rayakan kisah hidup dan perjuangan, sambut tahun demi tahun bagai petualangan baru dalam menuliskan kisah satya bakti. Membangun YAKKUM, adalah bersama Tuhan membangun kesehatan sesama.
Oleh sebab itu dalam ibadah perayaan HUT YAKKUM ke-74 dilangsungkan penyerahan sertifikat penghargaan kepada sekitar 115 orang staf YAKKUM dengan masa kerja 30 tahun. Secara keseluruhan di tahun 2024 ini terdapat 413 orang dengan satya bakti 10 tahun sebanyak 196 orang, 20 tahun sejumlah 102 orang, dan 30 tahun 115 orang.